Interaksi obat yang merugikan
menyebabkan ribuan orang harus dirawat di rumah sakit di Amerika Serikat setiap
tahun. Penelitian selama satu tahun baru ini di sejumlah apotek menunjukkan
bahwa hampir satu dari empat pasien yang mendapatkan resep pernah mengalami
nteraksi obat yang berarti pada suatu saat tertentu dalam tahun tersebut.
Interaksi demikian telah menimbulkan gangguan yang serius sehingga
kadang-kadang menyebabkan kematian. Untunglah jumlah interaksi yang menimbulkan
kematian ini hanya sebagian kecil dari jumlah interaksi obat seluruhnya yang
terjadi. Yang lebih sering terjadi adalah interaksi yang meningkatkan
toksisitas atau turunnya efek terapi pengobatan sehingga pasien tidak merasa
sehat kembali atau tidak cepat sembuh sebagaimana seharusnya.
Kadang-kadang interaksi sama sekali
tidak memberikan simptom yang dapat diamati. Penyakit kronis seperti
hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung kemungkinan tidak terkendalikan
sebagaimana mestinya. Jika dokter tidak mengetahui adanya interaksi obat, ia
mungkin mengambil keputusan pengobatan yang salah.
Obat yang ada saat ini sangat
efektif dan sangat berkhasiat. Interaksi yang terjadi merupakan masalah yang
besar. Sangatlah sulit bagi seorang dokter atau apoteker yang sibuk untuk
meluangkan waktu memantau interaksi obat bagi tiap pasien, walaupun dokter atau
apoteker yang bersangkutan sedang mencari berbagai kemungkinan interaksi. Bila
kita simak masalah ini dan kenyataan bahwa banyak pasien menerima pengobatan
ganda – termasuk obat bebas yang digunakan sendiri – serta banyak dokter atau
apoteker sendiri mungkin tidak menyadari interaksi berbahaya pada umumnya,
dapatlah dibayangkan betapa gawatnya maslaah ini.
Interaksi Obat ?
Interaksi
obat terjadi jika suatu obat mengubah efek obat lainnya. Kerja obat yang diubah
dapat menjadi lebih atau kurang aktif.
Reaksi
perorangan sangat beragam. Faktor yang dapat mempengaruhi antara lain sifat
keturunan, fungsi hati dan ginjal, usia (yang paling peka adalah bayi dan orang
berusia di atas 50 tahun), ada tidaknya suatu penyakit, jumlah obat yang
digunakan, lama pengobatan, jarak waktu antara penggunaan dua obat, dan obat
mana yang digunakan mula-mula. Karena itu efek yang terjadi mungkin saja tak
berarti apa-apa bagi seseorang akan tetapi sangat membahayakan bagi orang lain.
Hal mendasar yang patut disadari adalah bahwa bahaya mungkin dapat terjadi.
Interaksi antara dua obat
Obat yang diminum mengalami empat proses dasar dalam
tubuh. Dari mulut, obat menuju lambung, lalu ke usus. Di sini obat diserap ke
dalam aliran darah dan disebarkan ke seluruh tubuh sehingga muncul efek. Obat
kemudian diuraikan atau dimetabolisis oleh hati. Akhirnya, bentuk obat yang
sudah diuraikan ini dieksresikan (dikeluarkan dari tubuh) dalam urin melalui
ginjal.
Pada interaksi obat, suatu obat
mengubah obat yang lain dalam satu atau lebih proses farmakologi di atas. Jenis
interaksi ini disebut interaksi farmakokinetik. Jenis interaksi utama lainnya
adalah interkasi farmakologik. Pada jenis ini, efek suatu obat akan menambah
(sinergisme) efek obat lainnya, atau mengurangi (antagonisme) efek obat
tersebut.
Apakah sejumlah obat yang
berinteraksi tidak dapat digunakan bersama-sama ?
Tidak selalu. Biasanya dosis atau
waktu pemberian obat dapat diubah untuk mencegah timbulnya efek yang merugikan.
Beberapa interkasi malahan menguntungkan dan sengaja dimanfaatkan. Tentu saja
ada sejumlah kasus yang menghendaki agar sejumlah obat tertentu pada keadaan
apa pun tidak boleh diberikan bersama-sama. Yang penting dokter sadar akan
adanya interkasi berbahaya sehingga dapat bertindak dengan benar.
Sumber
:
Harkness,
Richard. 1989. Interaksi Obat. Bandung : ITB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar